Usaha yang Mengkhianati Hasil
Gw yakin diantara kalian yang baca judulnya,
pasti ada yang menganggap bahwa itu adalah sebuah clickbait. Jelas,
karena kalimat itu udah melekat di otak kita dan kita meyakini bahwa jika
yang kita tuai itu baik, hasilnya pasti baik juga. But, ini
pendapat dan pemikiran gw, kalo lo ga sependapat pun ngga masalah, dan
kalo pun lo setuju, bukan berarti ini jadi alasan buat lo
bermalas-malasan, karena gw akan ungkap hal lainnya yang tidak akan
mengkhianati usaha lo.
Topik ini menarik untuk dibicarakan, karena gw memang bertujuan untuk merombak pendapat umum yang sudah kita sering dengar dan seakan-akan hal itu sudah yang paling benar. Kita sejak dulu selalu diajarkan mengenai hal-hal yang oleh dunia dianggap benar, termasuk kata-kata ini. Seakan kita dipaksa percaya terhadap kebenaran-kebenaran yang sudah dianut banyak orang, sehingga kita terima aja dan ngga mau untuk menantang pendapat ini dengan critical thinking, apakah benar kata-kata itu sesuai dengan keadaan nyata?
True or false
Gw inget dengan perkataan Pandji Pragiwaksono dalam salah satu standup comedy spesialnya, gw lupa yang keberapa, dia bilang bahwa dunia itu ga sesedarhana kalo lu bener, berarti gw salah, dan juga sebaliknya. Ga semua yang ada di dunia itu hanya ada sisi hitam dan sisi putih. Jadi, kalo ditanya, apakah Usaha tidak akan mengkhianati hasil? Ya jawabannya ga semata-mata true atau false. Tapi bisa bersifat fuzzy logic (sederhananya, logika kebenaran tidak hanya 1 dan 0, tapi bisa bersifat rentang antara 1 sampai 0).
Dari buku You Do You, karya Fellexandro Ruby, salah satu bab membahas mengenai truth atau kebenaran, seperti siapa yang menemukan Benua Amerika? Banyak yang menjawab Christopher Columbus, padahal yang benar adalah Amerigo Vespuci. Lainnya, kita dulu diajari di pelajaran sejarah, bahwa kerja rodi pada zaman Daendels, rakyat tidak diberi upah. Padahal, penelitian baru-baru ini, Daendels sudah membayarkan upah para pekerja, tapi ternyata dikorupsi oleh Bupati setempat.
Kebenaran-kebenaran yang disuapi ke kita, diketahui oleh banyak orang, kita terima itu mentah-mentah dan dianggap bahwa itulah nyatanya, padahal kalo kita mau berpikir kritis, belum tentu itu hal yang benar. Termasuk kata-kata penyemangat atau pembenaran atas perilaku kita, salah satunya ini. Hal-hal itulah yang dikelompokkan menjadi Political Truth. Ada 2 kelompok lainnya, yaitu personal truth dan objective truth, tapi ga akan gw bahas dalam artikel ini karena cukup panjang.
Kita menjadikan kalimat "usaha tidak akan
mengkhianati hasil" untuk memacu diri kita agar berusaha lebih dari yang
kita bisa, dan sayangnya banyak juga orang yang jatuh karena percaya
kata-kata ini, berusaha lebih keras, tapi hasilnya ngga sesuai ekspetasi
kita atau ngga sesuai harapan.
Buat apa gw usaha
"Damn, kalo gitu ngapain gw usaha keras, kerja siang malam mengorbankan waktu luang kalo misalkan usaha gw bisa aja ngga membuahkan hasil." Mungkin ada nih yang mulai kepikiran ini. Tapi sebelumnya, kita lihat dulu beberapa contoh usaha yang menkhianati hasil.
Buat lo para karyawan, mungkin lo udah kerja keras, kontribusi besar terhadap perusahaan, tapi karir lo gitu-gitu aja, malah orang lain yang dapat promosi jabatan, padahal usaha dia jauh dibawah lo. Buat lo para pelajar, mungkin lo udah usaha belajar, ngerjain tugas, nyicil tiap hari dan belajar dengan jalan yang jujur, tapi nilai lo dibawah temen-temen lo yang bahkan mereka ga belajar, tiap hari main mulu, dan lebih parahnya, dapat nilai bagus karena jalan lain.
Pasti muncul di benak, "Gila, kalo gitu ngapain gw belajar, gw nyontek aja atau kerja sama. Usahanya ga seberapa, tapi gw bisa dapat nilai jauh lebih baik." atau "Ngapain gw kerja lembur nyelesaian tugas buat profit perusahaan, dia aja bisa naik jabatan dengan kerja normal dan bahkan bisa nge-youtube di jam kerja."
Ga salah kok kalo pikiran itu muncul di benak lo, karena lo manusia, wajar kalo merasa kesal dan pikiran itu muncul sebagai representasi rasa kecewa lo. Makin bulat kan tekad lo buat bermalas-malasan? Mari kita bahas kenapa hal itu bisa terjadi.
Faktor eksternal
Pertama-tama, kenapa kok bisa ya ada orang-orang yang minim usaha, tapi bisa dapat hasil lebih. Sebenarnya ada faktor-faktor unik yang ada di dalam diri mereka, dan juga ada faktor eksternal yang mendukung.
Mungkin lo punya temen yang jenius luar biasa, ngga perlu usaha lebih tapi bisa mencerna semua pelajaran yang ada di kelas. Waktu belajar dia di rumah dia tukar dengan memperhatikan sungguh-sungguh di kelas saat jam pelajaran. Atau ada juga daya tangkapnya memang cepat dan lebih cocok belajar sendiri, sehingga ketika lo liat dia di kelas cuma tidur atau main-main, tapi dirumah dia cuman butuh waktu dikit buat belajar sendiri dan masih bisa dapat nilai bagus. Atau, ya dia nyontek aja.
Itu yang gw maksud dengan faktor unik dari diri mereka. Ga semua orang punya bakat berlebih di suatu bidang, hanya butuh waktu yang tidak banyak untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dan mendapat hasil yang bagus. Atau kita cuma liat kulit luarnya aja, tapi kita ga pernah tau apa yang mereka tradeoff di kesehariannya atau pengalaman apa sehingga mereka bisa seperti sekarang. Atau, mereka memang punya nurani yang lebih sedikit aja sehingga mereka ngga melakukan apa-apa, tapi kelihaian mereka dengan cara curang seperti cari muka padahal kerja ga ada dan bukan hasilnya dia, dan bisa dapat hasil maksimal.
Faktor lingkungan juga bisa mempengaruhi itu. Bisa aja lo
kerja keras tapi lo kurang bisa berpolitik padahal lingkungan di bidang
kerja lo membutuhkan kemampuan itu untuk bisa mendapat posisi. Atau
mungkin lo kerja keras, menyisihkan 5 jam tiap harinya, tapi lo ga
manfaatin waktu 5 jam itu secara efektif sehingga hasilnya memang ga
sebagus itu, dan lo hanya liat lamanya lo kerja. Atau lo udah belajar
siang malam, yakin nilai lo bakal bagus, tapi lo lupa kalo dosen lo itu
manusia juga, bisa aja subjektif atau dosen lo melakukan penilaian kilat
sehingga nilai yang lo dapat ga sesuai dengan ekspetasi lo.
Poin utama gw adalah kadang kita suka lupa ada faktor eksternal yang ga kita masukkan ketika memperkirakan hasil yang kita ekspetasikan. Dan sayangnya, faktor eksternal itu ga bisa kita apa-apain dan cuman bisa kita terima.
Ngapain gw usaha
"Damn, kalo gitu ngapain gw usaha kalo tau ada faktor-faktor lain yang ga bisa gw apa-apain." Ada yang kepikiran kaya gitu? Jangan buru-buru ambil keputusan ini, karena saatnya kita balik pembahasan kita ke sisi lainnya.
Filosofi Teras, buku karya Henry Manampirin, membahas bahwa faktor eksternal yang ada di luar kendali itu memang ada dan pasti ada di setiap aktivitas atau rencana kita dan kita ngga ada yang bisa kita lakukan untuk mempengaruhi faktor itu. Misal, kita rencana mau liburan, tapi ternyata turun hujan. Kan ga mungkin kita membuat kipas super besar untuk menggeser awan hujan ke wilayah lain.
Apa yang bisa kita lakukan? Kita masih punya faktor lain yang memang ada dalam kendali kita. Daripada lo fokus ngotak-ngatik faktor eksternal yang ga bisa lo apa-apain, kenapa lo ga fokus aja sama hal-hal yang bisa lu kendalikan untuk mendukung usaha lo. Liburan lo terhambat hujan? Kenapa lo ga bikin rencana lain atau tambah persiapan kalo misalkan cuaca tidak mendukung?
"Tapi kan lo bilang di bagian sebelumnya, kalo kita udah usaha keras dan ngotak-ngatik segala hal yang ada dalam kendali gw, tapi hasilnya masih bisa di luar harapan kita." Betul, gw memang membahas ini, tapi jangan lupa, apapun usaha jujur atau halal yang lo lakukan, nilai atau jabatan atau harta atau pengaruh itu adalah salah satu hasil dari sekian hasil. Apa maksudnya?
Lo udah belajar sungguh-sungguh, mengatur jadwal harian lo dan mencari cara agar lo bisa paham apa yang lo pelajari. Dari usaha itu, nilai bukan satu-satunya hasil dari usaha lo. Time management dan problem solving lo yang terasah selama usaha lo juga adalah hasil yang lo dapat dan itu tidak mungkin mengkhianati usaha yang lo lakuin. Ditambah lagi tingkat konsentrasi dan ketekunan lo juga ikut terlatih.
Lo udah kerja keras, semua rekan kerja lo tau akan perjuangan lo, tapi ada orang lain yang naik jabatan. Di mata rekan kerja, lo lah yang rockstar sesungguhnya. Semua klien atau pelanggan kenalnya sama lo, angka profit hasil kerja lo ga bisa bohongin orang-orang. Sifat, karakter, dan kepribadian lo yang sungguh-sungguh ketika kerja jadi hasil yang paling baik dari usaha keras yang lo lakuin. Kalo perusahaan atau lingkungan kerja lo masih ngga bisa menghargai itu, mungkin lo bisa cari lingkungan kerja lain yang melihat itu dan menyadari kalo lo adalah emas yang disia-siakan.
"Tapi bro, gw tetep kesel sama orang-orang yang pake
'jalan lain', low effort, tapi hasilnya lebih tinggi dari yang
usaha keras." Yah, ngapain lo iri sama orang yang pake jalan lain.
Fact, lo bisa tetap berpegang teguh sama prinsip lo aja udah hal
yang langka banget di dunia ini. Hati nurani lo masih tebel dan ini hal
yang ga pernah disadari banyak orang. Proud for yourself!!
Terjawab ga pertanyaan dari sub bab ini? Ngapain gw usaha? Meski hasil bisa mengkhianati kerja keras lo karena faktor lain yang ga bisa lo otak-atik, tapi tetap ada pengalaman dan pelajaran yang lo dapat, membentuk karakter lo menjadi lebih baik, dan ini tidak akan pernah mengkhianati kerja keras lo. Seperti artikel awal dari blog ini, Belajar Seumur Hidup, lo belajar dari kegiatan dan aktivitas yang lo lakukan selama kerja keras.
Wrap up
Jadi, apakah benar usaha mengkhianati hasil? Balik
lagi ke sudut pandang lo. Kita udah bahas tentang faktor eksternal di luar
kendali kita dan hasil utama yang kita pengen memang bisa ga sesuai
ekspetasi. Tapi kita juga udah bahas dari sisi faktor internal yang bisa
kita otak-atik, melakukan segala hal yang kita bisa dan pengalaman apa
yang bisa lo ambil selama proses itu yang akhirnya membentuk kepribadian
lo.
thankyou kunjungannya
BalasHapus