101 Bersahabat dengan Masalah

"Terlalu mudah berpikir pesimis saat lo di kondisi pesimis. Gampang buat terjebak dalam perasaan ngga bisa apa-apa. Padahal, lo lebih dari itu."

~~~ :*: ~~~

    Hampir semua manusia pernah merasakan situasi dimana rasa putus asa dan ingin menyerah muncul waktu berhadapan dengan permasalahan. Selain itu, fakta bahwa hingga saat ini masih hidup, hampir ga mungkin ga ada masalah yang pernah terjadi dalam hidup. 
 
     Tentunya, pengalaman "bermasalah" membuat lo ngga nyaman. Untuk bisa mengenali penyebabnya, kita perlu tau beberapa karakteristik penting dari masalah. Itulah kenapa gw kasih judul artikel ini "101 (One oh One)" yang artinya hal yang dasar dan penting untuk diketahui, bukan terdapat 101 (seratus satu) karakter masalah yang akan gw bahas.
 
    Menurut gw, penting buat lo sadari, karena hampir seluruh cerita yang lo jalani dengan berbagai peristiwa penting yang ada dalam hidup, terjadi karena permasalahan yang berhasil lo selesaikan, atau justru terabaikan. Setiap manusia pasti memiliki pengalaman itu dan bahkan mungkin saat ini sedang dalam situasi itu, berjuang untuk menghadapi suatu masalah yang berat. 
 
    Artikel ini dibuat untuk semua orang, bagi kita yang menjalani keseharian dan menyiapkan mental yang lebih baik jika menemui masalah atau mereka yang saat ini sedang menghadapi masalah yang menyengsarakan dan seakan-akan semangat hidup keluar dari dalam dirinya.
 
    Pembahasan mengenai masalah akan dibagi menjadi dua artikel, pertama gw akan ajak lo untuk benar-benar kenal beberapa karakteristik masalah agar pada artikel kedua, kita dapat susun strategi dan membangun mental yang lebih kuat untuk menjalani hidup secara berdampingan dengan masalah. Langsung aja kita mulai dari bahasan paling dasar, yaitu sifat alami dari sesuatu yang kita sebut sebagai masalah.

Menciptakan suasana Ngga nyaman

    Jika lo rasakan secara spontan, masalah bisa diartikan sebagai suatu situasi yang memunculkan rasa tidak nyaman atau terjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan. Berangkat dari pengertian tersebut, sebenarnya, setiap hari kita selalu berhadapan dengan masalah, baik besar maupun kecil, seperti ingin membuat omelet yang malah menjadi telur orak-arik, terlambat bangun hingga telat bekerja atau kuliah, menghadap situasi macet di jalan, hingga masalah yang melibatkan keberlangsungan hidup seperti merasa terancam, permasalahan yang sulit dijelaskan hingga menyebabkan murung setiap saat dan menuju gejala depresi.

    Memang ngga enak punya masalah-masalah berat seperti itu. Kalo boleh memilih, rasanya semua orang pengen terhindar dari masalah. Tapi mau gimana lagi, kita hidup isinya memecahkan masalah. Coba liat nenek moyang kita, di zaman purba. Kalo mereka ga bisa nemuin roda atau buat api, mungkin sampai sekarang, kita masih tinggal dalam gua.

    Uniknya, semakin kita ingin masalah itu segera menghilang, semakin besar juga situasi ngga nyaman yang dihasilkan masalah tersebut. Sesuai dengan Law of Attractions, semakin kita pikirkan, justru semakin kita mengundang rasa itu. Kenapa bisa seperti itu? Secara ga langsung, lo lebih terfokus pada rasa negatif dari masalah itu, maka masalah tersebut semakin terlihat dan semakin dapat dirasakan juga dampaknya.

    Tapi, membuat diri sadar bahwa ada masalah yang ada, bukan hal yang buruk, malah wajib, karena dapat lo manfaatkan untuk mempersiapkan solusi. Jadi, lebih baik rasakan ketidaknyamanan itu daripada berpura-pura ngga tau ada masalah. Langkah pertama dalam hal apapun sebelum lo bisa bertindak adalah menyadarinya. Langkah berikutnya yang perlu hati-hati, antara lo terjebak mengindikasikan diri lo sebagai orang malang yang perlu dikasihani, atau seorang pejuang yang menghajar tiap masalah.

Hasil Rangkaian Peristiwa

    Gw pernah bahas di artikel Apa yang Lo Sesalkan Setelah Mati tentang Kehidupan dan Kematian, bahwa setiap hidup manusia, setiap langkah dan keputusan, satu sama lain, saling mempengaruhi dan membentuk uraian panjang yang menentukan kisah apa yang akan kejadian. 

   Setiap peristiwa yang terbentuk secara langsung atau tidak langsung menghasilkan masalah. Setiap masalah yang berhasil lo selesaikan membentuk sebuah pencapaian dan rasa bangga atas diri lo sekaligus memungkinkan menghasilkan masalah lain yang baru dalam bentuk yang berbeda.

    Contoh, waktu lo sekolah di tingkat dasar sampai tingkat atas, kita belajar untuk dapat nilai yang cukup buat bisa lulus. Setelah berhasil menyelesaikan tiap jenjang, masalah baru muncul, misal mendaftar ke perguruan tinggi. Setelah selesai, masalah lain muncul, gimana kita mencari kerja atau bisa punya penghasilan tetap. Setelah mendapat pekerjaan, masalah baru muncul lagi bagaimana kita mengelola keuangan, mempertahankan performa kerja, membayar tagihan bulanan, dan terlebih masalah bagi mereka yang memutuskan untuk menikah. 

    Kita baru melihat contoh tersebut secara garis besar dan secara umum bagaimana permasalahan yang diselesaikan dan peristiwa yang terjadi dari aktivitas manusia menghasilkan permasalahan baru. Tapi, jika setiap peristiwa lebih dirinci lagi dan melihat lebih banyak orang yang menjalani perjalanan hidup yang berbeda-beda, permasalahan di masing-masing kasus dapat kita buat suatu diagram pohon besar yang bercabang dan tiap cabang terdapat masalah-masalah baru yang terbentuk dari setiap aktivitas penyelesaian masalah dan setiap peristiwa yang terjadi.

    Rangkaian keputusan yang lo buat akan menentukan rangkaian peristiwa apa yang akan terjadi dan dari rangkaian peristiwa akan lahir masalah-masalah lain. Kita hidup di sebuah semesta yang didalamnya dijalankan sebuah sistem, yang bisa kita sebut hukum alam, dan rangkaian peristiwa serta masalah yang dihasilkan juga merupakan bagian dari sistem tersebut. Sama seperti gejolak alam akibat aktivitas magma atau pergeseran lempeng yang menyebabkan bencana besar, itu semua sudah termasuk dalam sistem dan itu memang berjalan semestinya.

Pembentuk Emosi Negatif

    Jadi lo udah tau, masalah akan selalu hadir dan tidak mungkin dihindari, apalagi berharap ga ada masalah. Jadi, kenapa lo harus buang tenaga untuk berandai-andai masalah tidak pernah ada? Sebenarnya imajinasi dan harapan lo buat masalah untuk tidak pernah ada, datang waktu lo mengalami masalah berat yang sepertinya belum pernah ditemui dan seperti tidak mungkin lo selesaikan.

    Bisa dikatakan, pikiran itu muncul karena rasa dari putus asa waktu menghadapi masalah. Hal yang sebenarnya wajar, karena emosi negatif muncul karena respon manusia terhadap situasi yang membuat dirinya stres. Semakin besar rasa tidak nyaman dari masalah, semakin negatif juga emosi yang terbentuk dari diri manusia.

    Jadi, kita tahu bahwa masalah memunculkan emosi negatif dan itu wajar. Tapi, cara kita bisa olah emosi negatif itu agar ngga terjebak terlalu lama di emosi itu, harus dimunculkan dari diri sendiri. Lo yang harus bertanggung jawab. Siapa yang paling memahami situasi dan bisa menolong diri lo untuk keluar dari keadaan yang menyesakkan adalah lo sendiri. Jangan sampai pikiran negatif muncul terlalu lama dan lo malah terjebak didalamnya.

    Sejauh ini kita sudah mengetahui bahwa masalah akan selalu ada sehingga buang waktu jika mengharapkan masalah tidak akan pernah datang. Masalah yang semakin berat memunculkan pikiran dan rasa putus asa sehingga rentan terjebak dalam pemikiran itu jika tidak mengambil tindakan dan tanggung jawab atas peran diri sendiri dalam menghadapi masalah. Lalu, kenapa masalah yang bisa dikatakan seperti sebuah keharusan pasti ada dalam hidup?

Analogi Ikan Kecil

    Kita mengenal Negara Jepang yang gemar dengan makanan ikannya seperti Sushi. Untuk memenuhi kebutuhan pangan berupa hewan laut, para nelayan perlu pergi ke lautan yang luas, di daerah pasifik yang jauh dari daratan. Karena jarak, banyak hasil tangkapan yang mereka peroleh menjadi mati sebelum sampai di pasaran sehingga mengurangi kesegaran dan kualitasnya.

    Untuk mengakali hal ini, para nelayan menyediakan sebuah box pendingin. Jika hasil tangkapan mereka ada yang mati, mereka bisa memasukkannya ke dalam box tersebut. Namun permasalahan lain muncul. Ikan kualitas yang baik adalah jika ikan tersebut masih segar secara alami, bukan karena hasil pembekuan. Orang-orang di pasar mengatahui hal ini dan bisa membedakannya.

    Tak kehabisan akal, mereka menyediakan sebuah barel (drum besar untuk air) yang besar agar ruang gerak ikan semakin luas sehingga diharapkan mereka tetap bergerak-gerak secara leluasa di dalam barel tersebut dan bisa tetap hidup saat mencapai daratan. Namun, permasalahan lain adalah, ruang gerak dalam barel tersebut yang dipenuhi ikan-ikan tidak seluas ketika mereka bergerak bebas di lautan sehingga gerakan mereka tidak selincah ketika ditangkap pertama kali. Hal ini juga ternyata memicu turunnya kualitas ikan.

    Nelayan akhirnya menemukan cara lain. Mereka tetap menggunakan barel tersebut dan memasukkan ikan hiu kecil. Ide ini awalnya dianggap gila, karena kualitas ikan belum tentu terjaga dan hasil tangkapan pasti berkurang banyak. Namun, ketika dicoba, mengejutkannya adalah hasil tangkapan tidak berkurang begitu banyak dan kualitas ikan hasil tangkapan di tengah lautan masih segar ketika mencapai daratan. Hal ini dikarenakan ikan-ikan yang ditangkap dan dimasukkan ke dalam barel tersebut, terus berenang dengan lincah untuk menghindari pemangsa mereka, ikan hiu kecil, sehingga kualitas ikan tersebut tetap segar.

Masalah bersifat mendewasakan

    Dari analogi tersebut, ikan yang tertangkap dan masuk ke barel tanpa hiu menjadi lemah. Mereka merasakan kesenjangan habitat yang luar biasa, dari lautan yang luas menjadi sebuah barel bersama ikan-ikan lainnya. Mereka hanya berenang, bergerak tanpa semangat hingga kapal menuju daratan. Setelah dimasukkan ikan hiu kecil, mau tidak mau, mereka harus terus menerus bergerak gesit dan lincah di dalam barel tersebut karena hidup mereka dipertaruhkan, dihadapkan dengan predator mereka. Darah yang mengalir deras di seluruh tubuh ikan tersebut menjadikan bahan segar dan produk yang berkualitas.

    Kita bisa menganggap diri kita sebagai ikan tangkapan dan hiu tersebut sebagai masalah. Ketika kita melihat sebuah hal yang mengerikan yang akan terjadi di depan mata kita, segala macam cara kita gunakan agar bisa terhindar dari masalah tersebut. Sebagai contoh, seorang mahasiswa yang mengalami nilai yang buruk di salah satu mata kuliahnya. Dia mengetahui jika hal ini terus berlanjut, maka dia bisa tidak lulus dan mengulang lagi di semester berikutnya. Maka dia memutuskan cara agar bisa terhindar dari masalah tersebut.

    Dari masalah tersebut, banyak pilihan yang bisa diambil oleh mahasiswa tersebut, tidak seperti ikan dalam analogi tersebut yang hanya bisa berenang menghindar. Pilihan-pilihan yang mereka ambil untuk memecahkan masalah tersebut akan membawa mereka pada titik lain yang berbeda. 

    Jika opsi yang diambil adalah bekerja sama atau mencontek, maka hasilnya akan bagus untuk jangka pendek, namun perlu diingat, satu keputusan yang kita ambil saat ini, akan benar-benar berpengaruh pada uraian kisah keseluruhan, yang dapat memunculkan masalah yang tidak seharusnya terjadi atau masalah yang berbeda. Ingat, masalah adalah hasil dari rangkaian peristiwa.

    Karakter dan kepribadian juga akan terbentuk. Jika mahasiswa tersebut melatih dirinya menyusun jadwal dan fokus yang tinggi untuk belajar, memahami konsep, maka karakter terorganisir dan pekerja keras akan terbentuk. Sekali lagi, keputusan yang diambil akan berpengaruh pada uraian kisah yang terjadi dan kita lah yang berperan atas hal itu.

     Terkadang, kita harus mengalami situasi yang tidak diharapkan untuk memacu perkembangan. Sama seperti ikan kecil, dibutuhkan ikan hiu untuk memacu semangat mereka agar tetap hidup. Seperti manusia yang sebagian besar harus jatuh dulu, baru kita menyadari hal penting  apa yang kita lewatkan dan harusnya kita jalani agar bisa terhindar dan keluar dari permasalahan tersebut. Walaupun sebenarnya agak disayangkan karena baru sadar ketika harus jatuh dulu dan belum tentu orang tersebut selamat dengan baik melalui fase jatuh tersebut.

    Sama seperti ikan kecil, kita membutuhkan sebuah masalah untuk memacu semangat hidup kita dan memunculkan ide dan inovasi untuk bisa keluar dari masalah tersebut, seperti yang dilakukan para pencipta alat-alat sederhana di sekitar kita seperti roda, ballpoint, pencil, dan lainnya yang selalu kita gunakan. 

    Bahkan jika kita lihat lagi, hidup kita sebagian besar hanya memecahkan masalah dan melanjutkan hidup ke tahapan berikutnya. Seorang siswa yang dulu hanya memecahkan persamaan fisika untuk mendapat nilai yang baik, kini harus berpikir untuk menerapkannya dalam pekerjaan yang ia jalani dan tak jarang, mempengaruhi kehidupan orang banyak. Jadi kita tahu, bahwa masalah ini tidak hanya bersifat negatif, tetapi juga bisa mendewasakan manusia yang terkena masalah tersebut, selama manusia itu sadar dan mau mengambil tanggung jawabnya dalam menyelesaikan masalah.

Masalah Bersifat Tidak Mandiri

    Mandiri menggambarkan sebuah situasi dimana seseorang dapat menjalani hidupnya, menyiapkan diri untuk beraktivitas tanpa terlalu banyak meminta bantuan dan bergantung dengan orang lain. Nah, masalah sifatnya tidak mandiri. Sama seperti anak yang masih kecil, ketika menciptakan masalah dengan orang lain, dia tidak bisa menyelesaikannya sendiri, pasti akan mengadu ke orang tuanya dan orang tuanya lah yang menyelesaikan.

    Masalah yang terbentuk, tidak akan pernah dengan sendirinya selesai begitu saja, hanya akan meredup seiring waktu. Segala permasalahan yang ada dalam hidup kita, jika kita hanya hindari, maka masalah tersebut sebenarnya hanya beralih fase dari aktif menjadi non-aktif. Masalah jelas tidak akan pernah selesai dengan sendirinya.

    Sewaktu-waktu, masalah tersebut dapat mengakibatkan rentetan masalah bagi yang lainnya dan masalah lain terlihat menjadi begitu besar. Pada artikel kedua, kita akan bahas mengenai pola pikir 3P yang harus dihindari ketika melihat sebuah masalah.

    Itulah mengapa, masalah yang tidak segera ditangani dapat berakibat buruk bagi keseluruhan. Semakin banyak masalah yang kita abaikan dan tinggalkan begitu saja, maka akan semakin banyak beban yang ditanggung oleh mental dan perasaan, dan ini bisa berdampak pada aktivitas kita.

Tidak Semua Masalah Sepenuhnya Dalam Kendali

    Tapi, bagaimana jika kita sudah menaruh usaha dan perhatian pada masalah tertentu, namun kita tetap tidak bisa menyelesaikannya? Apakah hal ini termasuk membiarkan masalah tersebut? Tentu kedua hal tersebut berbeda, antara kita benar-benar mengabaikan dan sudah berusaha namun tetap tidak bisa selesai.
   
    Jika kita mengabaikan, kita cenderung tidak mau mengakui atau berpura-pura tidak menyadari adanya masalah tersebut. Atau bisa juga tahu ada masalah tersebut, tapi menghindarinya dan tidak mau menaruh perhatian khusus akan hal tersebut. Jika kita berusaha keras tapi tetap masalah tidak mau beres, artinya masalah tersebut memang ada di luar kendali kita.
 
    Sebagai contoh, Ven, Vin, dan Sen adalah 3 orang yang bersahabat. Suatu hari, Ven dan Vin ribut hingga memunculkan rasa benci dikarenakan suatu masalah yang terjadi antara Ven dan Vin, dan menyebabkan persahabatan mereka menjadi runtuh. Tentu itu adalah masalah bagi Sen, sehingga dia mencoba untuk membuat Vin dan Ven berbaikan kembali. Namun, sebanyak apapun usaha yang dilakukan oleh Sen, jika Vin dan Ven, masing-masing tidak memiliki keinginan untuk berbaikan, maka usaha Sen akan sia-sia.
 
    Itu adalah contoh sebuah masalah di luar kendali kita. Terkadang, memang ada selalu masalah yang tidak bisa kita pecahkan meski kita sudah mengambil peran dan tanggung jawab. Namun, jika masalahnya terletak pada sesuatu di luar kendali kita seperti perasaan dan emosi orang lain, maka tidak akan pernah ada perubahan pada masalah tersebut jika pihak di luar kendali tidak mengeluarkan usaha untuk penyelesaian masalah. Meskipun sebenarnya usaha Sen tersebut masih dapat mempengaruhi hasil dan sebagian kendali ada pada dirinya.
 
    Contohnya dalam menjalin hubungan. Terdapat 2 orang, pria dan wanita. Si Pria ingin menjadikan si wanita sebagai pacarnya. Maka sebenarnya, ada usaha yang bisa dilakukan si pria, seperti merawat diri dengan baik, bersikap dengan baik, dan tidak memunculkan perasaan negatif mengenai dirinya di pikiran si Wanita. 
 
    Jika pria tersebut sudah mengusahakan semua hal terbaik yang bisa dia lakukan, hal itu akan mempengaruhi hasilnya. Tapi hanya sebatas mempengaruhi, bukan memastikan. Bisa saja si wanita memang tidak tertarik dengan pria tersebut karena alasan lain. Namun, si pria harus memahami, bahwa perasaan si wanita memang bukan di dalam kendalinya, tapi dia bisa memberikan usaha untuk mempengaruhi pikiran si wanita. Jika memaksakan lebih dari itu, maka sudah termasuk ke dalam sikap kekerasan dan beranak masalah baru..

Masalah bersifat Atomik dan Berkaitan

    Atomik artinya bagian terkecil yang dapat berdiri sendiri dan berikatan dengan bagian lain. Masalah yang atomik artinya adalah masalah yang berdiri sendiri dan tidak berkaitan dengan masalah lainnya, namun bisa bersatu. Maksudnya apa? Contoh, jika kamu mendapat nilai jelek di pelajaran Bahasa Inggris, bukan berarti kamu akan mendapat nilai jelek di Bahasa Indonesia, tapi jika tidak identifikasi masalahnya, bisa jadi masalah tersembut merambat ke masalah lainnya. 
 
    Terkadang, ketika kita melihat sebuah masalah dan melihat ketidakberdayaan kita akan masalah tersebut, kita suka memikirkan bahwa kita juga sama buruknya di setiap masalah yang ada sehingga memunculkan pola pikir yang salah. Kita yang mengijinkan untuk masalah-masalah tersebut yang tadinya terisolasi sendiri-sendiri, malah digabungkan. Namun ada juga masalah-masalah yang memang sifatnya dapat memunculkan maslaah lain. Jadi, apa bedanya masalah yang kita sendiri yang menggabungkannya, atau memang secara natural masalah itu memang saling memengaruhi?

    Contoh, jika kita pergi ke kantor atau kampus dan lupa mengisi bensin, maka masalah pertama adalah mogok di jalan. Akibat habis bensin, kita perlu mendorong ke tempat pengisian bahan bakar. Karena makan banyak waktu, kita menjadi telat, dan karena kita mendorong motor dengan jarak yang cukup jauh, kita menjadi berkeringat dan menjadi tidak nyaman di dalam kelas. Karena tidak nyaman, mempengaruhi konsentrasi kita dan bahkan membuat kita mengantuk. Karena tidak memperhatikan, kita pun akhirnya mendapat nilai jelek pada latihan atau kuis yang diadakan di hari itu.

    Masalah bisa bersifat atomik atau juga awalnya atomik lalu berkaitan, sehingga kita perlu memperhatikan hal ini. Jika kita melihat bahasan sebelumnya mengenai masalah yang kita abaikan, dapat memicu kedua karakteristik menjadi sama buruknya. Inilah maksud dari fase non-aktif sebuah masalah yang diabaikan dapat menyebabkan rentetan masalah lain terlihat begitu besar. Sebenarnya, rentetan masalah tersebut bersifat atomik, namun karena kita memunculkan rasa pesimis, kesannya setiap masalah yang atomik tersebut saling terhubung dan menjadi masalah yang terlihat sangat besar.
 
    Terlebih lagi jika kita menumpuk masalah-masalah yang berhubungan, seperti berhutang karena membayar tagihan bulanan, lalu berhutang lagi untuk melunasi hutang sebelumnya, dan gaji yang setiap kali didapat hanya dibelanjakan untuk membangun sebuah ruangan game, tidak pernah ditabung dan tidak untuk melunasi hutang. Sepertinya, tidak perlu gw lanjutkan apa yang terjadi dengan membiarkan masalah-masalah yang berkaitan tersebut.

Sudah Mengenal Karakteristik Masalah Tersebut?

    Kita sudah membahas beberapa karakteristik masalah yang perlu kita ketahui. Sebenarnya karakteristik tersebut berdasarkan pendapat dari pengalaman gw terhadap masalah yang gw lalui dan juga melihat bagaimana orang lain ketika menghadapi masalah mereka.

    Namun karakteristik masalah tersebut penting untuk kita ketahui dan kenali dengan baik, karena pada artikel kedua, kita akan merombak sudut pandang kita terhadap masalah dan menghindari pola pikir 3P, yang kemudian dapat dipergunakan untuk membangun aksi nyata menghadapi masalah-masalah tersebut. 

    Berbekal dari pembahasan ini, kita akan membahas pada artikel berikutnya cara membangun mental yang kuat untuk menghadapi masalah tidak hanya saat ini, tapi untuk hidup kita seterusnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Usaha yang Mengkhianati Hasil

Dimana Benderaku Saat Ini?