101 Bersahabat dengan Masalah
"Terlalu mudah berpikir pesimis saat lo di kondisi pesimis. Gampang buat terjebak dalam perasaan ngga bisa apa-apa. Padahal, lo lebih dari itu."
~~~ :*: ~~~
Menciptakan suasana Ngga nyaman
Jika lo rasakan secara spontan, masalah bisa diartikan sebagai suatu situasi yang memunculkan rasa tidak nyaman atau terjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan. Berangkat dari pengertian tersebut, sebenarnya, setiap hari kita selalu berhadapan dengan masalah, baik besar maupun kecil, seperti ingin membuat omelet yang malah menjadi telur orak-arik, terlambat bangun hingga telat bekerja atau kuliah, menghadap situasi macet di jalan, hingga masalah yang melibatkan keberlangsungan hidup seperti merasa terancam, permasalahan yang sulit dijelaskan hingga menyebabkan murung setiap saat dan menuju gejala depresi.
Memang ngga enak punya masalah-masalah berat seperti itu. Kalo boleh memilih, rasanya semua orang pengen terhindar dari masalah. Tapi mau gimana lagi, kita hidup isinya memecahkan masalah. Coba liat nenek moyang kita, di zaman purba. Kalo mereka ga bisa nemuin roda atau buat api, mungkin sampai sekarang, kita masih tinggal dalam gua.
Uniknya, semakin kita ingin masalah itu segera menghilang, semakin besar juga situasi ngga nyaman yang dihasilkan masalah tersebut. Sesuai dengan Law of Attractions, semakin kita pikirkan, justru semakin kita mengundang rasa itu. Kenapa bisa seperti itu? Secara ga langsung, lo lebih terfokus pada rasa negatif dari masalah itu, maka masalah tersebut semakin terlihat dan semakin dapat dirasakan juga dampaknya.
Tapi, membuat diri sadar bahwa ada masalah yang ada, bukan hal yang buruk, malah wajib, karena dapat lo
manfaatkan untuk mempersiapkan solusi. Jadi, lebih baik rasakan
ketidaknyamanan itu daripada berpura-pura ngga tau ada masalah. Langkah pertama dalam hal apapun sebelum lo bisa bertindak adalah menyadarinya. Langkah berikutnya yang perlu hati-hati, antara lo terjebak mengindikasikan diri lo sebagai orang malang yang perlu dikasihani, atau seorang pejuang yang menghajar tiap masalah.
Hasil Rangkaian Peristiwa
Gw pernah bahas di artikel Apa yang Lo Sesalkan Setelah Mati tentang Kehidupan dan Kematian, bahwa setiap hidup manusia, setiap langkah dan keputusan, satu sama lain, saling mempengaruhi dan membentuk uraian panjang yang menentukan kisah apa yang akan kejadian.
Setiap peristiwa yang terbentuk secara langsung atau tidak langsung menghasilkan masalah. Setiap masalah yang berhasil lo selesaikan membentuk sebuah pencapaian dan rasa bangga atas diri lo sekaligus memungkinkan menghasilkan masalah lain yang baru dalam bentuk yang berbeda.
Contoh, waktu lo sekolah di tingkat dasar sampai tingkat atas, kita belajar untuk dapat nilai yang cukup buat bisa lulus. Setelah berhasil menyelesaikan tiap jenjang, masalah baru muncul, misal mendaftar ke perguruan tinggi. Setelah selesai, masalah lain muncul, gimana kita mencari kerja atau bisa punya penghasilan tetap. Setelah mendapat pekerjaan, masalah baru muncul lagi bagaimana kita mengelola keuangan, mempertahankan performa kerja, membayar tagihan bulanan, dan terlebih masalah bagi mereka yang memutuskan untuk menikah.
Kita baru melihat contoh tersebut secara
garis besar dan secara umum bagaimana permasalahan yang diselesaikan dan peristiwa yang
terjadi dari aktivitas manusia menghasilkan permasalahan baru. Tapi, jika
setiap peristiwa lebih dirinci lagi dan melihat lebih banyak orang yang menjalani perjalanan hidup yang berbeda-beda, permasalahan di masing-masing kasus dapat kita buat suatu
diagram pohon besar yang bercabang dan tiap cabang terdapat
masalah-masalah baru yang terbentuk dari setiap aktivitas penyelesaian
masalah dan setiap peristiwa yang terjadi.
Rangkaian keputusan yang lo buat akan menentukan rangkaian peristiwa apa yang akan terjadi dan dari rangkaian peristiwa akan lahir masalah-masalah lain. Kita hidup di sebuah semesta yang didalamnya dijalankan sebuah sistem, yang bisa kita sebut hukum alam, dan rangkaian peristiwa serta masalah yang dihasilkan juga merupakan bagian dari sistem tersebut. Sama seperti gejolak alam akibat aktivitas magma atau pergeseran lempeng yang menyebabkan bencana besar, itu semua sudah termasuk dalam sistem dan itu memang berjalan semestinya.
Pembentuk Emosi Negatif
Jadi lo udah tau, masalah akan selalu hadir
dan tidak mungkin dihindari, apalagi berharap ga ada masalah. Jadi,
kenapa lo harus buang tenaga untuk berandai-andai masalah tidak pernah ada? Sebenarnya imajinasi dan harapan lo buat masalah untuk tidak pernah ada, datang waktu lo mengalami
masalah berat yang sepertinya belum pernah ditemui dan seperti tidak
mungkin lo selesaikan.
Bisa dikatakan, pikiran itu muncul karena rasa dari putus asa waktu menghadapi masalah. Hal yang sebenarnya wajar, karena emosi negatif muncul karena respon manusia terhadap situasi yang membuat dirinya stres. Semakin besar rasa tidak nyaman dari masalah, semakin negatif juga emosi yang terbentuk dari diri manusia.
Jadi, kita tahu bahwa masalah memunculkan emosi negatif dan itu wajar. Tapi, cara kita bisa olah emosi negatif itu agar ngga terjebak terlalu lama di emosi itu, harus dimunculkan dari diri sendiri. Lo yang harus bertanggung jawab. Siapa yang paling memahami situasi dan bisa menolong diri lo untuk keluar dari keadaan yang menyesakkan adalah lo sendiri. Jangan sampai pikiran negatif muncul terlalu lama dan lo malah terjebak didalamnya.
Sejauh ini kita sudah mengetahui bahwa
masalah akan selalu ada sehingga buang waktu jika mengharapkan masalah tidak akan pernah datang. Masalah yang semakin berat
memunculkan pikiran dan rasa putus asa sehingga rentan terjebak
dalam pemikiran itu jika tidak mengambil tindakan dan
tanggung jawab atas peran diri sendiri dalam menghadapi masalah. Lalu,
kenapa masalah yang bisa dikatakan seperti sebuah keharusan pasti ada dalam hidup?
Analogi Ikan Kecil
Kita mengenal Negara Jepang yang gemar dengan makanan ikannya seperti Sushi. Untuk memenuhi kebutuhan pangan berupa hewan laut, para nelayan perlu pergi ke lautan yang luas, di daerah pasifik yang jauh dari daratan. Karena jarak, banyak hasil tangkapan yang mereka peroleh menjadi mati sebelum sampai di pasaran sehingga mengurangi kesegaran dan kualitasnya.
Untuk mengakali hal ini, para nelayan menyediakan sebuah box pendingin. Jika hasil tangkapan mereka ada yang mati, mereka bisa memasukkannya ke dalam box tersebut. Namun permasalahan lain muncul. Ikan kualitas yang baik adalah jika ikan tersebut masih segar secara alami, bukan karena hasil pembekuan. Orang-orang di pasar mengatahui hal ini dan bisa membedakannya.
Tak kehabisan akal, mereka menyediakan sebuah barel (drum besar untuk air) yang besar agar ruang gerak ikan semakin luas sehingga diharapkan mereka tetap bergerak-gerak secara leluasa di dalam barel tersebut dan bisa tetap hidup saat mencapai daratan. Namun, permasalahan lain adalah, ruang gerak dalam barel tersebut yang dipenuhi ikan-ikan tidak seluas ketika mereka bergerak bebas di lautan sehingga gerakan mereka tidak selincah ketika ditangkap pertama kali. Hal ini juga ternyata memicu turunnya kualitas ikan.
Nelayan akhirnya menemukan cara lain. Mereka tetap menggunakan barel tersebut dan memasukkan ikan hiu kecil. Ide ini awalnya dianggap gila, karena kualitas ikan belum tentu terjaga dan hasil tangkapan pasti berkurang banyak. Namun, ketika dicoba, mengejutkannya adalah hasil tangkapan tidak berkurang begitu banyak dan kualitas ikan hasil tangkapan di tengah lautan masih segar ketika mencapai daratan. Hal ini dikarenakan ikan-ikan yang ditangkap dan dimasukkan ke dalam barel tersebut, terus berenang dengan lincah untuk menghindari pemangsa mereka, ikan hiu kecil, sehingga kualitas ikan tersebut tetap segar.
Masalah bersifat mendewasakan
Dari analogi tersebut, ikan yang tertangkap dan masuk ke barel tanpa hiu menjadi lemah. Mereka merasakan kesenjangan habitat yang luar biasa, dari lautan yang luas menjadi sebuah barel bersama ikan-ikan lainnya. Mereka hanya berenang, bergerak tanpa semangat hingga kapal menuju daratan. Setelah dimasukkan ikan hiu kecil, mau tidak mau, mereka harus terus menerus bergerak gesit dan lincah di dalam barel tersebut karena hidup mereka dipertaruhkan, dihadapkan dengan predator mereka. Darah yang mengalir deras di seluruh tubuh ikan tersebut menjadikan bahan segar dan produk yang berkualitas.
Kita bisa menganggap diri kita sebagai ikan tangkapan dan hiu tersebut sebagai masalah. Ketika kita melihat sebuah hal yang mengerikan yang akan terjadi di depan mata kita, segala macam cara kita gunakan agar bisa terhindar dari masalah tersebut. Sebagai contoh, seorang mahasiswa yang mengalami nilai yang buruk di salah satu mata kuliahnya. Dia mengetahui jika hal ini terus berlanjut, maka dia bisa tidak lulus dan mengulang lagi di semester berikutnya. Maka dia memutuskan cara agar bisa terhindar dari masalah tersebut.
Dari masalah tersebut, banyak pilihan yang bisa diambil oleh mahasiswa tersebut, tidak seperti ikan dalam analogi tersebut yang hanya bisa berenang menghindar. Pilihan-pilihan yang mereka ambil untuk memecahkan masalah tersebut akan membawa mereka pada titik lain yang berbeda.
Jika opsi yang diambil adalah bekerja
sama atau mencontek, maka hasilnya akan bagus untuk jangka pendek, namun
perlu diingat, satu keputusan yang kita ambil saat ini, akan benar-benar
berpengaruh pada uraian kisah keseluruhan, yang dapat memunculkan
masalah yang tidak seharusnya terjadi atau masalah yang berbeda. Ingat,
masalah adalah hasil dari rangkaian peristiwa.
Karakter dan kepribadian juga akan terbentuk. Jika mahasiswa tersebut melatih dirinya menyusun jadwal dan fokus yang tinggi untuk belajar, memahami konsep, maka karakter terorganisir dan pekerja keras akan terbentuk. Sekali lagi, keputusan yang diambil akan berpengaruh pada uraian kisah yang terjadi dan kita lah yang berperan atas hal itu.
Terkadang, kita harus mengalami situasi yang tidak diharapkan untuk memacu perkembangan. Sama seperti ikan kecil, dibutuhkan ikan hiu untuk memacu semangat mereka agar tetap hidup. Seperti manusia yang sebagian besar harus jatuh dulu, baru kita menyadari hal penting apa yang kita lewatkan dan harusnya kita jalani agar bisa terhindar dan keluar dari permasalahan tersebut. Walaupun sebenarnya agak disayangkan karena baru sadar ketika harus jatuh dulu dan belum tentu orang tersebut selamat dengan baik melalui fase jatuh tersebut.
Sama seperti ikan kecil, kita membutuhkan sebuah masalah untuk memacu semangat hidup kita dan memunculkan ide dan inovasi untuk bisa keluar dari masalah tersebut, seperti yang dilakukan para pencipta alat-alat sederhana di sekitar kita seperti roda, ballpoint, pencil, dan lainnya yang selalu kita gunakan.
Bahkan jika kita lihat lagi, hidup kita sebagian besar hanya memecahkan masalah dan melanjutkan hidup ke tahapan berikutnya. Seorang siswa yang dulu hanya memecahkan persamaan fisika untuk mendapat nilai yang baik, kini harus berpikir untuk menerapkannya dalam pekerjaan yang ia jalani dan tak jarang, mempengaruhi kehidupan orang banyak. Jadi kita tahu, bahwa masalah ini tidak hanya bersifat negatif, tetapi juga bisa mendewasakan manusia yang terkena masalah tersebut, selama manusia itu sadar dan mau mengambil tanggung jawabnya dalam menyelesaikan masalah.
Masalah Bersifat Tidak Mandiri
Mandiri menggambarkan sebuah situasi dimana seseorang dapat menjalani hidupnya, menyiapkan diri untuk beraktivitas tanpa terlalu banyak meminta bantuan dan bergantung dengan orang lain. Nah, masalah sifatnya tidak mandiri. Sama seperti anak yang masih kecil, ketika menciptakan masalah dengan orang lain, dia tidak bisa menyelesaikannya sendiri, pasti akan mengadu ke orang tuanya dan orang tuanya lah yang menyelesaikan.
Masalah yang terbentuk, tidak akan pernah dengan sendirinya selesai begitu saja, hanya akan meredup seiring waktu. Segala permasalahan yang ada dalam hidup kita, jika kita hanya hindari, maka masalah tersebut sebenarnya hanya beralih fase dari aktif menjadi non-aktif. Masalah jelas tidak akan pernah selesai dengan sendirinya.
Sewaktu-waktu, masalah tersebut dapat mengakibatkan rentetan masalah bagi yang lainnya dan masalah lain terlihat menjadi begitu besar. Pada artikel kedua, kita akan bahas mengenai pola pikir 3P yang harus dihindari ketika melihat sebuah masalah.
Itulah mengapa, masalah yang tidak
segera ditangani dapat berakibat buruk bagi keseluruhan. Semakin banyak
masalah yang kita abaikan dan tinggalkan begitu saja, maka akan semakin
banyak beban yang ditanggung oleh mental dan perasaan, dan ini bisa
berdampak pada aktivitas kita.
Tidak Semua Masalah Sepenuhnya Dalam Kendali
Masalah bersifat Atomik dan Berkaitan
Sudah Mengenal Karakteristik Masalah Tersebut?
Kita sudah membahas beberapa karakteristik masalah yang perlu kita ketahui. Sebenarnya karakteristik tersebut berdasarkan pendapat dari pengalaman gw terhadap masalah yang gw lalui dan juga melihat bagaimana orang lain ketika menghadapi masalah mereka.
Namun karakteristik masalah tersebut penting untuk kita ketahui dan kenali dengan baik, karena pada artikel kedua, kita akan merombak sudut pandang kita terhadap masalah dan menghindari pola pikir 3P, yang kemudian dapat dipergunakan untuk membangun aksi nyata menghadapi masalah-masalah tersebut.
Berbekal dari pembahasan ini, kita akan
membahas pada artikel berikutnya cara membangun mental yang kuat untuk
menghadapi masalah tidak hanya saat ini, tapi untuk hidup kita
seterusnya.
Komentar
Posting Komentar