Belajar Seumur Hidup

"Semakin Banyak Kita Tahu, Semakin Sadar, Banyak yang Kita Tidak Tahu"

~~~ :*: ~~~

   Februari 2021, adalah terakhir kali gw menulis untuk memperbarui dan menambah artikel di blog (vin-albertus.blogspot.com). Kesibukan dan  ketertarikan dengan hal lain dan juga kesulitan gw dalam mengatur format cerita untuk menyampaikan pesan yang gw inginkan, membuat gw malas yang akhirnya berimbas pada masa vakum sekitar 5 bulan.

    Dalam masa itu, sampai tulisan ini dibuat (Agustus 2021), banyak hal dan pengalaman yang gw pribadi lalui, menambah value dan pengalaman sebelumnya yang sukses membuat gw kembali lagi dan lagi melihat ke diri gw sendiri. Interaksi dengan orang lain, kegiatan-kegiatan mandiri, dan banyak lagi hal lainnya yang jadi pembelajaran, merombak sebagian besar pola pikir lama dengan yang baru buat gw yang sampai saat ini tetap gw kembangkan. 

    Pengalaman dan pembelajaran itulah yang kembali membangkitkan semangat gw untuk berbagi, memacu gw untuk kembali aktif menulis, bukan hanya untuk berbagi, tapi juga membuat catatan berharga buat gw sendiri untuk jadi self-reminder dan juga bahan untuk intropeksi diri.

Latar Belakang

   Gw, saat tulisan ini dibuat, seorang mahasiswa tingkat akhir teknik informatika, yang berkeinginan untuk menjadi seorang web developer dan tidak menutup kemungkinan untuk memperluas bidang keahlian lainnya. Karena pilihan karir itulah, waktu vakum gw lebih sering digunakan untuk mempelajari berbagai macam bahasa pemrograman serta konsep-konsep untuk pengembangan web dan perangkat lunak. Kebetulan juga masa vakum gw diisi dengan pengalaman kerja praktek atau magang yang diwajibkan dari kampus di salah satu perusahaan sofware house.

    Di waktu luang, gw juga mulai membangun kegiatan-kegiatan rutinitas atau kebiasaan yang pengen gw kembangkan untuk diri gw sendiri seperti membaca buku dan olahraga. Waktu luang juga gw gunakan untuk memanjakan diri dengan menonton banyak banget film dari situs streaming resmi, dan ga gw sangka, kegiatan seperti nonton film pun bisa meng-upgrade diri gw.

    Dari semua kegiatan itu dengan berbagai pengalaman selama hiatus menulis blog (istirahat berkepenjangan dari melakukan suatu hal yang dulu dilakukan) dan pembelajaran selama hidup , sampailah gw pada sebuah kesimpulan, yaitu selama gw hidup, gw akan menjalani proses belajar, proses tiada henti hingga akhir hayat, dan semakin banyak yang gw tahu, semakin sadar bahwa sedikit sekali yang gw tahu. Mungkin sedikit terdengar paradoks, banyak tahu tapi sedikit yang diketahui, dan inilah inti jiwa dari artikel ini yang akan gw bahas.

Setiap Orang memiliki Suatu Hal

    Segala aktivitasi yang kita lakukan sebenarnya dapat menghasilkan sebuah nilai yang berguna untuk kehidupan kita tanpa disadari. Sebagai contoh, ketika gw berinteraksi dengan orang lain, baik dengan teman, murid les gw, dan juga dengan rekan-rekan yang lebih senior selama kerja praktek, atau bahkan hanya dengan mengamati orang-orang sekitar, banyak prinsip-prinsip dan nilai hidup yang terlihat dari diri mereka, sebagai pembentuk kerpribadian, dari cara mereka bicara dalam obrolan atau saat menanggapi suatu hal.

    Hal itulah, nilai hidup dan prinsip pembentuk karakter yang gw dapat dari orang lain dan menurut gw relevan buat gw, bisa menjadi nilai tambah atau perombak pola pikir gw untuk upgrade diri. 

   Bahkan pada kasus ekstrem, ketika pandangan mayoritas menggolongkan orang-orang tertentu sebagai orang yang tidak menarik atau terasingkan, cenderung dijauhi banyak orang, tapi ketika gw ngobrol dengan mereka atau sekedar mengamati mereka, tetap gw bisa mendapati suatu hal yang unik dan bisa belajar dari mereka atau bahkan menerapkan apa yang sudah pernah gw pelajari, sesederhana seperti tidak menilai seseorang berdasarkan pandangan umum orang-orang lainnya tanpa pernah tahu atau interaksi langsung. Gw akan bahas beberapa garis besar atau kelompok umum, mereka yang dikategorikan sebagai 'wadah kosong' atau yang cenderung dijauhi.

    Mereka yang Dibuang

     Kadang kita suka melihat orang-orang yang memandang tinggi diri mereka dan menganggap beberapa orang tertentu hanya sebagai pembuat masalah atau manusia yang hanya mengalami kegagalan. Begitu juga sebaliknya, dianggap aneh karena serba tahu, berwawasan luas dan seakan selalu beruntung. Ada yang karena iri, tapi ada juga karena orang itu jadi sombong, ga heran mereka dijauhi. Tapi, coba kita singkirkan dulu perasaan ingin menonjok dan coba interaksi dengan mereka. Why? Nanti akan kita bahas.

    Setiap orang memiliki pengalaman menjalani hidup, masa lalu, dan segala permasalahan yang mereka lalui. Bahkan beberapa diantaranya menyebabkan traumatis  dan masalah tersebut tersembunyi dengan baik dari sampul sosial. Pengalaman itu membentuk nilai-nilai hidup yang diyakini oleh individu yang menjalaninya. Nilai itu hanya bisa diekstraksi lewat interaksi, hal yang ga akan pernah terjadi jika kita sudah memandang remeh terlebih dahulu, mengutamakan perasaan tidak suka, dan menghindari mereka. 

   Padahal, selalu ada latar belakang, peristiwa, dan pengalaman yang membentuk hal tersebut yang mungkin setelah kita ketahui, kita bisa berempati dengan orang-orang tersebut dan ketika berinteraksi lebih jauh, kita bisa dapat banyak sekali nilai-nilai hidup yang dari mereka yang terbentuk lewat pengalaman itu. Gw percaya, setiap manusia selalu memiliki nilai baik yang terbentuk dari pengalaman mereka yang bisa kita pelajari, minimal sekian persen dari keseluruhan pribadinya, bahkan dari orang yang dicap 100% menyebalkan.

    Mereka yang Lebih Muda

    Ketika kita sebagai orang yang lebih berpengalaman dan lebih dewasa secara umur, sering merasa bahwa orang yang lebih muda tidak dapat memberi pembelajaran atau informasi baru apapun karena kita jauh lebih lama hidup dibanding mereka. Contoh nyata adalah pendapat umum yang menyatakan bahwa guru lebih tahu dibanding murid.

    Berawal dengan obrolan biasa gw dengan murid les gw, mereka selalu punya informasi fresh yang menarik buat gw dan mereka dapat dengan bangga menceritakan hal itu ke gw. Dengan percaya diri, gw bilang ke mereka bahwa gw memang tidak tahu tentang info itu dan memancing mereka buat cerita lebih. 

   Rasa keingintahuan mereka jadi lebih berkembang untuk mencari lebih banyak informasi secara mandiri. Bahkan mereka sering bertanya pertanyaan-pertanyaan yang jarang diajukan oleh anak-anak lainnya setingkat mereka ke gw. Sayangnya gw merasa terbatasi karena gw sendiri tidak dapat memenuhi rasa keingintahuan mereka dan justru malah gw yang belajar dari mereka. 

    Ngga jarang bahkan kita searching bareng-bareng tentang apa yang mereka tanyakan. Apalagi tentang pelajaran di sekolahnya, yang jelas udah lama banget gw lupakan, memacu gw untuk kembali mempelajari banyak hal dan pada akhirnya, gw juga ikut berkembang bareng mereka dan pengalaman itu ikut membentuk pribadi gw.

   Banyak kasus di luar sana, kaum senior merasa lebih tahu mengenai apa yang harus dilakukan ketika mendapati suatu masalah. Tapi mereka lupa bahwa zaman ikut berkembang dan mungkin saja solusi yang sama sudak tidak ampuh lagi untuk masalah yang baru, atau bahkan ada solusi yang lebih efisien. Apa yang mereka tahu di zamannya mereka, sudah termakan oleh waktu dan justru mereka yang sebagai "tunas baru" yang hidup dan beradaptasi di zaman itu, bisa menawarkan solusi yang lebih baik.

   Coba bayangin, gimana jika waktu itu Thomas Alfa Edison tidak berani untuk bereksperimen mengembangkan bohlam lampu dan memilih mengikuti zaman untuk menggunakan lilin dan obor saja? Apa yang akan terjadi dengan kita sekarang?

    Mereka yang Tidak Disukai

    Tentu akan sangat sulit untuk berinteraksi dengan mereka yang sudah dicap sebagai 'makhluk yang menyebalkan'. Gw akui, itu memang benar. Memang ada beberapa tindakan, perilaku, dan pandangan yang tidak sejalan dengan gw bagaimanapun gw berkompromi. Tapi juga, dari sekian pendapat, masih tetap ada pandangan baru yang terpikirkan setelah berinteraksi dengan mereka dan bisa gw terapkan. Bahkan ketika pandangan yang tidak bisa gw kompromikan, tetap ada hal yang bisa gw ambil dari itu. Sekaligus, gw juga jadi intropeksi diri, jangan-jangan nilai yang gw yakini saat ini udah ga relevan lagi dan mungkin pemikiran baru itu jauh lebih solutif dan juga cocok buat gw.

Akui Jika Kamu Memang Tidak Tahu

    Kunci dari mempelajari sebuah informasi baru dari segala sumber adalah, dengan mengakui jika memang lo ngga tau atau tidak yakin dengan apa yang lo ketahui saat ini, seperti salah satu pidato dari Steve Jobs, "Stay foolish, stay hungry." Jadi agak sedikit aneh kalo ada orang-orang yang sengaja mengambil jurusan kuliah yang mereka kuasai atau anggap gampang tapi juga dia ga berminat untuk berkarir di bidang itu, semata agar mendapat nilai bagus aja.

    Dari kehidupan sosial, ketika kita berinteraksi dengan orang lain, jika kita membawa diri kita setara sebagai manusia tanpa membawa status apapun, selalu ada hal yang bisa dipelajari dari mereka. Namun, banyak juga orang yang meremehkan dan menganggap bahwa diri mereka lebih banyak tahu dari orang lain. 

    Sekali saja kita beranggapan bahwa ini benar, apapun informasi yang ada, kita akan tolak, meskipun itu bisa berpengaruh baik untuk kita sendiri atau sekedar mengkonfirmasi apa yang kita ketahui sudah benar atau belum. Kita akan menutup telinga, dan hanya fokus untuk mempertahankan gengsi dan harga diri kita, sehingga kita akan berpura-pura tahu agar tidak terlihat bodoh.

    Mungkin kita sering mendengar, "Kalo itu, gw juga udah tau," seakan menganggap diri mereka bodoh jika mengakui bahwa tidak tahu suatu hal dan menganggap bahwa ketidaktahuan adalah suatu kelemahan. Padahal belum tentu mereka tahu akan hal itu atau bisa jadi apa yang sudah mereka ketahui ternyata tidak benar. 

    Mereka yang mengakui tidak tahu dan meminta penjelasan lebih, akan belajar lebih banyak lagi, meskipun beberapa di antara mereka yang memberi tahu menjadi lebih sombong,  dan kita seakan-akan memberi makan ego dan menaikkan status mereka. Biarkan saja, siapa peduli, kita juga yang diuntungkan dengan mendapatkan informasi. Inilah kenapa diawal gw kasih tahu untuk coba menahan rasa ingin menonjok dan coba berinteraksi dengan mereka yang sombong tapi memang tahu banyak hal.

    Dengan mengakui bahwa diri kita belum tahu atau apa yang kita tahu masih dangkal atau belum tentu benar, kita membuka peluang besar untuk memperbaiki diri, mengambil dan mencari informasi lalu memvalidasi kebenarannya. 

    Hanya dengan mengesampingkan ego, kita bisa mendapat manfaat yang lebih besar. Memangnya kenapa kalo lo ngga tau itu sekarang? Bodo amat mereka mau menganggap lo bodoh atau kurang update.  Ketidaktahuan bukan tanda kelemahan, tapi justru pengingat buat kita mencari tahu lebih. Itulah mengapa, "Stay foolish, stay hungry".

    Contoh pengalaman gw sebagai mahasiswa, yang pada umumnya, perkuliahan sedikit memberikan informasi mendalam mengenai skill yang akan kita gunakan akibat luasnya materi dan keterbatasan waktu, hanya sebatas pengenalan akan suatu bidang ilmu sehingga menuntut kita untuk mandiri dalam belajar dan mencari sendiri informasi yang lebih mendalam di luaran sana, dari internet atau buku-buku.

    Perombakan besar nilai-nilai hidup dalam diri gw di pertengahan tahun 2020, salah satunya membuat gw memiliki semangat belajar untuk mencari sendiri informasi teknis yang berhubungan dengan karir yang gw pilih.  Singkat cerita, cukup banyak yang gw pelajari, menghasilkan rasa percaya diri untuk menjalani masa kerja nanti, dan berharap gw bisa langsung bertugas dengan baik, meskipun gw masih ada rasa ragu bahwa apa yang gw pelajari waktu itu belum cukup untuk industri nyata.

    Ketika masa magang dimulai, dan pertama kali dapat tugas, gw bingung bukan main. Gw yakin apa yang gw pelajarai sendiri di luar perkuliahan mengenai bidang ini bisa dibilang cukup mendalam, dan itu dimentahkan gitu aja. Tapi setidaknya, semangat belajar gw yang terbentuk selama proses dan mindset bahwa gw memang tidak berpengalaman dan apa yang gw tahu memang belum cukup, mendorong motivasi dan proses belajar gw setidaknya bisa lebih cepat dari diri gw sebelumnya dan suatu berkat yang gw syukuri bahwa gw bisa menikmati proses itu tanpa beban dan cenderung jatuh cinta dengan proses itu.

    Dengan pemikiran "Stay foolish, stay hungry", mengakui bahwa gw belum tahu apa-apa dalam konteks untuk terus belajar, (bukan bilangnya ga tau apa-apa tapi saat kuliah nilainya bagus mulu) gw justru mendapat banyak pengalaman dan pembelajaran, baik secara teknis maupun softskill yang bisa digunakan untuk karir gw kedepannya dan keseluruhan hidup gw nantinya.

Semua Orang Pada Dasarnya adalah Pembelajar

    Gw akhirnya dapat dengan yakin menyimpulkan bahwa pada dasarnya semua orang adalah pembelajar. Mari kita patahkan anggapan bahwa belajar akan terhenti ketika selesai menamatkan bangku pendidikan formal. Mari kita patahkan persepsi bahwa kata belajar hanya erat kaitannya dengan bangku sekolah dan kuliah atau hanya mendapat imbalan nilai semata dan sebatas lulus pada jenjang tertentu tanpa memedulikan berapa banyak nilai-nilai kehidupan yang bisa didapat dari proses itu. 

    Selama kita hidup, kita akan terus belajar, bahkan menjadi hal krusial dalam hidup. Sepuluh tahun, dua puluh tahun, atau bahkan satu tahun lagi, mungkin muncul sebuah teknologi baru, dan mau tidak mau kita harus belajar lagi cara menggunakannya. 

    Seorang remaja setelah menyelesaikan pendidikan formal dan masuk dunia kerja atau membuka usaha sendiri, tentu akan belajar lagi mengenai budaya kerja, cara berinteraksi dengan kolega atau klien, ataupun cara membangun bisnis. 

    Seorang lajang yang memutuskan untuk menikah, akan belajar bagaimana caranya mengurus rumah tangga, mendidik anak, membayar tagihan bulanan, ataupun keterampilan rumah tangga lainnya seperti berbelanja, memasak, memperbaiki alat-alat rumah yang rusak, dan banyak lainnya.

    Bayangkan jika kita memilih untuk berhenti belajar setelah pendidikan formal, tidak mau lagi mendengar kata belajar. Apa bisa kita menangani hal-hal tersebut? Bahkan keterampilan keseharian yang kita butuh justru sedikit sekali yang bisa kita dapat hanya dari pendidikan formal. Akui saja, kita memang tidak tahu dan kita perlu belajar.

    Semua orang adalah pembelajar, yang membedakan adalah pada tahapan apa dan bidang apa yang perlu mereka pelajari. Sudah jelas bahwa tidak ada orang manapun yang mampu menguasai dan mempelajari semua teori dan informasi di segala bidang yang ada di dunia ini, menghafalnya di kepala. Jadi, wajar jika ada informasi yang tidak kita ketahui. Jika tidak tahu, ya cari tahu. Jika tidak mengerti, ya pelajari lagi. Akui saja jika memang belum tahu dan belum mengerti. 

    Kalo menurut lo itu menarik untuk lo ketahui dan pelajari, go get it. Kalo lo merasa ga perlu dan memilih belajar hal lain, lakuin aja. Pelajari informasi dasar yang diperlukan sebagai masyarakat dan juga pelajari hal yang emang lo suka. Mungkin di antara lo ada yang berpendapat, kenapa kita di sekolah seakan-akan belajar banyak hal yang sampai saat ini ga lo pake. Mari kita simpan topik itu untuk bahasan di artikel lain.

Semakin Banyak Kita Tahu, Semakin Sadar, Banyak yang Kita Tidak Tahu

    Beragam buku yang gw baca membawa semangat gw kembail untuk menulis blog dengan gaya bahasa yang kembali diubah, untuk kembali sharing mengenai pandangan-pandangan gw tentang banyak hal. Perjalanan pembelajaran tiada henti dan pengalaman-pengalaman yang gw dapat selama hidup dan menemui beragam masalah, membuat gw semangat untuk terus belajar. 

    Selama proses itu, sampailah gw pada kesimpulan, semakin banyak kita tahu, semakin sadar, kita hanya sedikit tahu. Semakin kita merasa tahu segalanya, semakin sedikit yang akan kita ketahui.

    Semakin banyak gw mengakui bahwa gw tidak tahu, gw tidak yakin, dan gw belum begitu mengerti, justru semakin banyak pelajaran yang bisa gw dapat dan semakin dalam pemahaman yang bisa gw mantapkan. Gw membuka peluang untuk belajar lebih dari orang-orang dengan menurunkan sekat ego diri gw.

Blog Ini Kedepannya

    Semua artikel yang gw tulis adalah pendapat dan pemikiran pribadi serta pengalaman gw. Kalopun ada beberapa sisi ilmiah atau quote yang dituliskan akan selalu disertai sumbernya. Artikel-artikel ini merupakan semangat gw dalam beropini dan berbagi pandangan gw mengenai hal-hal yang ada di dalam kehidupan dan lingkungan di sekitar kita sekaligus juga sebagai bentuk refleksi dan pembelajaran yang harus selalu gw ingat.
 
    Gw akan menerbitkan artikel baru dalam sebulan sebanyak dua kal atau 2 minggu sekali di jadwal yang sama untuk setiap penerbitannya, yaitu jam 8 malam (GMT+7) pada hari Sabtu. Artikel-artikel baru akan terus diterbitkan hingga  setahun kedepan sebelum memasuki masa vakum / hiatus lainnya dan mungkin akan memulai kembali artikel baru setelah masa tersebut (new season). 

     Jadi, akan ada kurang lebih 24 topik yang akan dimunculkan dalam blog ini selama 1 tahun. Inilah artikel pembuka dari season 1. Semoga kalian dapat memiliki pandangan lain dan terbantu dengan adanya artikel-artikel ini dan lebih jauh lagi, harapan gw adalah kita bisa saling sharing dan memberikan dampak positif ke orang-orang lain di sekitar kita. See you in the next blog!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

101 Bersahabat dengan Masalah

Usaha yang Mengkhianati Hasil

Dimana Benderaku Saat Ini?